Angklung adalah salah satu alat musik tradisional Indonesia yang terkenal di seluruh dunia. Namun, siapakah sebenarnya pencipta angklung?
Sejarah Angklung
Sejarah angklung berasal dari daerah Jawa Barat, Indonesia. Alat musik ini terbuat dari bambu dan ditiup. Angklung pertama kali digunakan sebagai alat musik dalam upacara keagamaan dan ritual. Pada saat itu, angklung hanya dimainkan oleh orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam memainkannya.
Namun, pada tahun 1930-an, seorang seniman bernama Daeng Soetigna mengembangkan teknik memainkan angklung yang lebih mudah dan dapat dipelajari oleh siapa saja. Daeng Soetigna juga menciptakan notasi angklung, yang memungkinkan angklung dimainkan secara ensemble. Hal ini membuat angklung semakin populer dan sering dimainkan dalam berbagai acara di Indonesia.
Profil Daeng Soetigna
Daeng Soetigna lahir pada tanggal 9 Februari 1913 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia merupakan anak dari seorang pemain gamelan dan bernyanyi. Sejak kecil, Daeng Soetigna sudah tertarik dengan musik dan sering bermain alat musik tradisional.
Pada tahun 1936, Daeng Soetigna pindah ke Bandung dan menjadi guru musik di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Irsyad. Di sana, ia mengembangkan teknik memainkan angklung yang lebih mudah dan menciptakan notasi angklung. Ia juga mendirikan kelompok angklung pertama yang terdiri dari siswa SDIT Al Irsyad.
Selain mengajar di SDIT Al Irsyad, Daeng Soetigna juga sering memberikan workshop dan pertunjukan angklung di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Ia juga menerima berbagai penghargaan atas jasanya dalam melestarikan dan mengembangkan angklung.
Karya Daeng Soetigna
Daeng Soetigna tidak hanya menciptakan teknik memainkan angklung yang lebih mudah dan notasi angklung. Ia juga menciptakan beberapa lagu yang dimainkan dengan angklung, antara lain:
- Bengawan Solo
- Soleram
- Bubuy Bulan
- Es Lilin
Lagu-lagu ini masih sering dimainkan dan menjadi favorit di kalangan penggemar angklung hingga saat ini.
Warisan Daeng Soetigna
Daeng Soetigna meninggal dunia pada tanggal 29 Juni 1992 di Bandung, Jawa Barat. Namun, warisannya dalam melestarikan dan mengembangkan angklung masih terus hidup. Saat ini, angklung telah menjadi simbol kebudayaan Indonesia dan sering dimainkan dalam berbagai acara di dalam maupun luar negeri.
Bahkan, pada tahun 2010, angklung diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Daeng Soetigna dalam melestarikan dan mengembangkan angklung sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Kesimpulan
Dari artikel ini, kita dapat mengetahui bahwa Daeng Soetigna adalah pencipta teknik memainkan angklung yang lebih mudah dan notasi angklung. Ia juga menciptakan beberapa lagu yang dimainkan dengan angklung dan memainkan peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan angklung sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Warisannya masih terus hidup hingga saat ini dan membuat angklung menjadi simbol kebudayaan Indonesia yang diakui oleh dunia internasional.