Tuntunan Canda Seorang Suami Kepada Istrinya Yang benar dan Baik
Dalam kitab shohih bukhori dan shohih muslim tercantum sebuah riwayat dari sahabat Jabir r.a , ia menuturkan: “ayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau Sembilan anak perempuan. Setelah itu, aku pun menikahi seorang wanita. Nabi Muhammad saw bertanya kepadaku: “hai jabir, apakah kamu sudah menikah? “benar, wahai Rasulullah” , jawabku. “gadis atau janda?” Tanya beliau lagi. “janda” , jawabku.
Beliau pun menyatakan: “mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis, sehingga kamu bisa bermain dengannya dan dia juga bisa bermain denganmu, atau kamu bisa membuatnya tertawa dan dia juga bisa membuatmu tertawa?”
Aku menjelaskan: “ayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau Sembilan anak perempuan; dan , aku tidak ingin menghadirkan wanita yang seusia dengan mereka. Oleh sebab itulah, aku menikahi wanita yang bisa mengurus mereka. Lantas, Nabi saw mendo’akan: “semoga Allah memberkahimu”
Dalam salah satu riwayat, hadis ini di sebutkan dengan lafadz: وَلِعَا بِهَا (li’aabihaa). Terkait perbedaan lafadz ini, an-Nawawi rahimahu-Allah menjelaskan: “menurut manyoritas ulama’ madzhab mutakallimin , maka li’ab disini adalah bermain (bukan lu’ab yang artinya air liur). Arti ini di lafadzkan oleh ayat selanjutnya, yaitu penegasan terhadap anjuran tersebut, “atau kamu bisa membuatnya tertawadan dia juga bisa membuatmu tertawa.” Lebih dari itu, hadist inimerupakan dalil yang membolehkan seorang suami bermain bersama istrinya, mencandainya, dan membuatnya tertawa.”
Ibnu muflih rahimahu-Allah menyebutkan: “ketika orang yang berakal sedang berduaan dengan para istri dan budak wanitanya, niscaya dia akan meninggalkan akal sehatnya di sudut ruangan seprti pria tua yang tidak berdaya. Lantas, dia akan bercanda dan bersenda gurau untuk memenuhi hak istri dank ah jiwanya sendiri. Begitu pula ketika berasma anak-anaknya, dia akan memperlihatkan sifat seperti anak-anak, yaitu dengan berceloteh sebagaimana mereka”.
Ibnu Gazzi rahimahu-Allah menjelaskan: “canda seorang suami kepada istrinyadan kelembutannya yang ditunjukkan dalam berbagai sikap termasuk syi’ar para Rasul dan akhlak para Nabi. Dan seperti itulah cara menggauli pasangan dengan baik.