Canda Nabi Kepada Seorang Badui Yang Berparas Buruk
Dari Anas r.a.: “Seorang laki-laki Badui bernama Zahir bin Haram memberi sesuatu yang dibawanya dari pengalaman sebagai hadiah untuk Nabi saw. Maka Nabi saw menyiapkan perbekalan untuk Zahir ketika laki-laki itu hendak pergi. Kemudian Nabi saw berseru: “Sesungguhnya Zahir adalah seorang Badui (dari desa) yang telah memberi hadiah untuk kita.” Sungguh Nabi saw sayang kepada Zahir walaupun parasnya buruk.
Kecintaan itu terlihat dalam kisah berikut. Pada suatu hari, Nabi pergi untuk menemui Zahir yang sedang menjual barangnya. Tiba-tiba beliau mendekap Zahir dari belakang, sehingga dia tidak bisa melihat beliau. Zahir pun berseru: “Lepaskan aku! Siapa ini?” tatkala Zahir menoleh kebelakang, dia pun mengetahui bahwa yang mendekapnya adalah Nabi saw. Makan Nabi menyerukan:
مَنءبَشْتَرِيْ العَبْدَ؟))
“Siapa yang ingin membeli hamba ini?”
Zahir menanggapi: “Wahai Rasulullah, demi Allah, niscaya engkau mendapatiku sebagai orang yang murah (harganya)”.
Nabi membalasnya: “Namun di sisi Allah, kamu orang yang tidak murah”. Atau beliau menjawab: “Namun di sisi Allah, kamu mahal harganya”.
Saiykhul Isalam r.a. menegaskan: “Tidaklah anda melihat canda Nabi saw kepada laki-laki itu dengan seruan: “siapakah yang ingin membeli hamba ini”? lalau di tanggapi olehnya: (Demi Allah).” Niscaya kamu mendapatiku sebagai orang yang murah (harganya).” Dan Nabi membalasnya: “Namun di sisi Allah, kamu mahal (harganya).” Maksudnya perkataan Nabi saw “hamba العبد adalah hamba Allah, bukan hamba sahaya. Penyampaian Nabi saw dalam bentuk kalimat Tanya tidak bertendensi apa-apa. Sebab memang beliau sedang bercanda, dan diketahui secara pasti bahwa apa yang beliau ucapkan tidak lain adalah kebenaran.”
Jadi, disamping bercanda dengan anak kecil, Nabi saw juga bercanda dengan orang dewasa, bahkan walaupun orang itu berparas buruk. Yang demikian sebagaimana yang di tunjukkan dalam hadist Anas r.a.; kendatipun Zahir bin Haram berparas buruk dan berasal dari pedesaan, Nabi saw tetap mau bercanda dan bersenda gurau dengannya. Bahkan beliau mengangkat derajatnya dengan menyatakan: “Namun di sisi Allah, kamu mahal harganya”.
Pernahkah anda melihat ketawadu’an yang melebihi ketawadhu’an Nabi saw terhadap orang yang lebih rendah kedudukannya? Siapa yang tidak mengenal beliau, Nabi mulia utusan Allah, rabb semesta alam, yang di tinggikan derajatnya dalam al-Qur’an melalui firmanNya:
وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ
ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
“…..Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal. (QS. Ali Imran [3]: 159).
Allah juga berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Sungguh indah ungkapan seorang penyair berikut:
Meskipun anda tak bias melihatnya,
Namun sifat dan pribadinya pasti bias kau rasa
Fisik dan akhlaknya sempurna dalam cipta
Keutamaan di balik sifatnya tak bias diangka
Tujuan canda adalah untuk menyenangkan dan menghibur hati, membuat suasana lebih akrab, serta menghilangkan kesedihan,