Budaya politik adalah suatu sistem nilai, keyakinan, dan sikap yang berkaitan dengan politik. Dalam konteks politik, budaya politik bisa didefinisikan sebagai cara pandang, cara berpikir, dan cara bertindak masyarakat dalam menghadapi persoalan politik.
Di Indonesia, budaya politik memiliki berbagai macam jenis dan varian. Salah satu jenis budaya politik yang cukup menarik untuk dibahas adalah budaya politik kaula. Berikut adalah beberapa ciri-ciri budaya politik kaula.
1. Paternalistik
Budaya politik kaula cenderung bersifat paternalistik atau otoriter. Hal ini dapat dilihat dari adanya kecenderungan masyarakat untuk mempercayakan segala urusan politik kepada seorang pemimpin atau tokoh tertentu.
Pemimpin atau tokoh ini dianggap sebagai sosok yang memiliki pengalaman dan kebijaksanaan yang lebih tinggi daripada masyarakat biasa. Oleh karena itu, masyarakat cenderung untuk tidak terlalu memikirkan atau mempertanyakan keputusan atau tindakan yang diambil oleh pemimpin atau tokoh tersebut.
2. Ketergantungan
Budaya politik kaula juga cenderung bersifat ketergantungan. Masyarakat cenderung untuk merasa tergantung pada pemimpin atau tokoh tertentu dalam segala urusan politik.
Ketergantungan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti kurangnya kesadaran politik, kurangnya pendidikan politik, atau kurangnya akses informasi yang memadai tentang politik.
3. Personalistik
Budaya politik kaula juga bersifat personalistik, yaitu cenderung berfokus pada individu atau tokoh tertentu, bukan pada partai atau ideologi tertentu.
Masyarakat cenderung lebih memilih untuk memilih calon-calon yang memiliki popularitas atau karisma tinggi daripada memilih calon-calon yang memiliki program atau ideologi yang jelas dan terukur.
4. Kurangnya partisipasi politik
Salah satu ciri-ciri budaya politik kaula yang cukup mencolok adalah kurangnya partisipasi politik dari masyarakat.
Masyarakat cenderung tidak terlalu aktif dalam kegiatan politik, seperti pemilihan umum atau kampanye politik. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya minat atau motivasi untuk terlibat dalam politik, atau karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya partisipasi politik dalam kehidupan masyarakat.
5. Konflik antar kelompok
Budaya politik kaula juga cenderung memunculkan konflik antar kelompok atau golongan. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan pandangan atau kepentingan antar kelompok atau golongan yang berbeda.
Konflik ini bisa berupa konflik politik atau konflik sosial yang memunculkan ketegangan antar kelompok atau golongan.
6. Kurangnya kesadaran politik
Salah satu ciri-ciri budaya politik kaula yang cukup mencolok adalah kurangnya kesadaran politik dari masyarakat.
Masyarakat cenderung tidak terlalu peduli atau memperhatikan masalah-masalah politik yang terjadi di sekitarnya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya akses informasi atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya politik dalam kehidupan masyarakat.
7. Kurangnya kritisisme
Budaya politik kaula juga cenderung kurang kritis atau tidak mempertanyakan secara mendalam terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah atau pemimpin tertentu.
Masyarakat cenderung menerima segala keputusan atau tindakan pemerintah atau pemimpin tertentu tanpa mempertanyakan atau mengevaluasi secara kritis. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran politik atau kurangnya literasi politik.
8. Kurangnya transparansi
Budaya politik kaula juga cenderung kurang transparan atau terbuka. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk merahasiakan informasi atau kebijakan tertentu dari masyarakat.
Hal ini bisa berdampak pada kurangnya akuntabilitas atau pertanggungjawaban dari pemerintah atau pemimpin tertentu terhadap masyarakat.
9. Kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan
Budaya politik kaula juga cenderung kurang partisipatif dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk mempercayakan segala urusan politik kepada seorang pemimpin atau tokoh tertentu.
Masyarakat cenderung tidak terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga sulit untuk menghasilkan keputusan yang benar-benar mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
10. Kurangnya perhatian terhadap masalah lingkungan
Budaya politik kaula juga cenderung kurang perhatian terhadap masalah lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran ataupun kepedulian terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Masyarakat cenderung lebih memilih untuk memperhatikan masalah-masalah politik yang bersifat langsung dan nyata, seperti ekonomi atau sosial, daripada memperhatikan masalah lingkungan yang bersifat tidak langsung dan kurang nyata.
11. Kurangnya kepercayaan terhadap institusi publik
Budaya politik kaula juga cenderung kurang percaya terhadap institusi publik, seperti pemerintah atau lembaga legislatif.
Masyarakat cenderung merasa bahwa institusi publik tidak dapat diandalkan atau tidak mampu memberikan solusi yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat.
12. Kurangnya keadilan sosial
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan keadilan sosial. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk memprioritaskan kepentingan kelompok atau golongan tertentu daripada kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi yang cukup signifikan antara kelompok atau golongan yang berbeda.
13. Kurangnya toleransi politik
Budaya politik kaula juga cenderung kurang toleran terhadap perbedaan pendapat atau pandangan politik.
Masyarakat cenderung mudah terprovokasi atau terpancing untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat intoleran terhadap kelompok atau golongan yang memiliki pandangan politik berbeda.
14. Kurangnya keberagaman politik
Budaya politik kaula juga cenderung kurang menghargai atau menerima keberagaman politik. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk memprioritaskan satu ideologi atau pandangan politik tertentu.
Akibatnya, masyarakat cenderung sulit untuk menerima atau menghargai pandangan politik yang berbeda dari pandangan politik yang mereka anut.
15. Kurangnya kebebasan berpendapat
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan kebebasan berpendapat. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk membatasi atau meredam suara-suara kritis atau oposisi terhadap pemerintah atau pemimpin tertentu.
Akibatnya, masyarakat sulit untuk mengemukakan pendapat atau kritik terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah atau pemimpin tertentu.
16. Kurangnya penghargaan terhadap hak asasi manusia
Budaya politik kaula juga cenderung kurang menghargai atau menghormati hak asasi manusia. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk memprioritaskan kepentingan politik atau ekonomi daripada hak asasi manusia.
Akibatnya, terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang cukup serius, seperti penangkapan atau penahanan yang sewenang-wenang atau penghilangan orang secara paksa.
17. Kurangnya pemberantasan korupsi
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan pemberantasan korupsi. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk memandang korupsi sebagai hal yang cukup umum atau lumrah dalam dunia politik.
Akibatnya, korupsi menjadi hal yang sulit untuk diberantas dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat.
18. Kurangnya pemahaman tentang hak dan kewajiban politik
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan hak dan kewajiban politik. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman atau pengetahuan tentang hak dan kewajiban politik sebagai warga negara.
Akibatnya, masyarakat cenderung tidak memahami atau tidak menghargai hak dan kewajiban politik yang dimilikinya sebagai warga negara.
19. Kurangnya pengawasan terhadap pemerintah atau pemimpin tertentu
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan pengawasan terhadap pemerintah atau pemimpin tertentu. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran atau pengetahuan tentang pentingnya pengawasan terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah atau pemimpin tertentu.
Akibatnya, pemerintah atau pemimpin tertentu sulit untuk dipertanggungjawabkan terhadap tindakan atau kebijakan yang mereka ambil.
20. Kurangnya tanggung jawab sosial
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan tanggung jawab sosial. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk memprioritaskan kepentingan individu atau kelompok tertentu daripada kepentingan sosial atau publik.
Akibatnya, terjadi ketimpangan sosial yang cukup signifikan antara kelompok atau golongan yang berbeda.
21. Kurangnya keberanian untuk berbicara
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan keberanian untuk berbicara. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk tidak ingin menjadi kontra atau berseberangan dengan pemerintah atau pemimpin tertentu.
Akibatnya, masyarakat sulit untuk mengemukakan pendapat atau kritik yang konstruktif terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah atau pemimpin tertentu.
22. Kurangnya rasa peduli terhadap keadaan politik
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan rasa peduli terhadap keadaan politik. Hal ini bisa terjadi karena adanya kecenderungan untuk menganggap politik sebagai sesuatu yang jauh dari diri sendiri atau tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, masyarakat sulit untuk memperbaiki keadaan politik yang ada.
23. Kurangnya komitmen terhadap demokrasi
Budaya politik kaula juga cenderung kurang memperhatikan komitmen terhadap demokrasi. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman atau penget