Peretas atau hacker menjadi salah satu profesi yang sedang naik daun di era digital saat ini. Mereka banyak dikenal sebagai orang yang mampu menembus sistem keamanan suatu perusahaan atau instansi dengan mudah. Tak jarang, peretas menjadi bahan perbincangan publik karena aksinya yang dianggap merusak.
Di Indonesia, salah satu peretas yang cukup terkenal adalah Jadi. Ia dikenal sebagai peretas yang berhasil menembus sistem keamanan beberapa instansi pemerintah dan perusahaan terkemuka di Indonesia. Namun, di balik kesuksesannya sebagai peretas, ternyata ada fakta kelam yang mewarnai perjalanan hidup Jadi.
Masa Kecil Jadi yang Kelam
Jadi lahir di Kelurahan Sukasari, Kota Bandung pada 9 Februari 1985. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Karkono dan Tati. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Kehidupan keluarga Jadi cukup sederhana, bahkan bisa dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan.
Jadi tumbuh dewasa dengan penuh keterbatasan. Ia harus berjuang keras untuk dapat makan dan bersekolah. Di usia yang masih sangat muda, Jadi sudah harus bekerja sambilan untuk membantu perekonomian keluarganya. Ia pernah bekerja sebagai tukang ojek, buruh pabrik, bahkan menjual es krim keliling.
Masuk Dunia Peretasan
Pada tahun 2000-an, ketika internet mulai populer di Indonesia, Jadi mulai tertarik dengan dunia peretasan. Ia belajar sendiri melalui internet dan berhasil menembus beberapa situs web dengan mudah. Kemudian, ia mulai berkumpul dengan beberapa peretas lain dan membentuk sebuah komunitas peretas.
Komunitas peretas yang dibentuk Jadi ini kemudian dikenal sebagai Indonesian Code Party (ICP). Mereka sering melakukan aksi peretasan terhadap situs-situs web milik pemerintah atau perusahaan yang dianggap korup. Aksi peretasan mereka sering menimbulkan kehebohan di masyarakat dan membuat nama Jadi semakin dikenal.
Masuk Penjara
Namun, kesuksesan yang dicapai Jadi sebagai peretas tidak bertahan lama. Pada tahun 2010, Jadi ditangkap oleh polisi karena aksi peretasannya terhadap situs web milik Kementerian Perhubungan. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 3 tahun.
Saat menjalani masa tahanan, Jadi mengaku mendapat perlakukan yang tidak manusiawi dari petugas Lapas. Ia sering dipukuli dan dipermalukan oleh petugas Lapas. Bahkan, ia juga pernah mengalami keracunan makanan yang diduga sengaja dilakukan oleh petugas Lapas.
Keluar dari Penjara
Setelah menjalani hukuman selama 3 tahun, Jadi akhirnya keluar dari penjara pada tahun 2013. Namun, kehidupan Jadi setelah keluar dari penjara tidaklah mudah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan karena statusnya sebagai mantan narapidana.
Untuk menghidupi diri, Jadi kemudian membuka usaha kecil-kecilan. Ia membuka toko komputer dan juga menjadi konsultan keamanan digital. Namun, karirnya sebagai peretas tidak berakhir di sini. Ia masih sering terlibat dalam aksi peretasan, meskipun tidak seintensif saat masih bergabung dengan ICP.
Kembali ke Penjara
Pada tahun 2016, Jadi kembali ditangkap oleh polisi karena terlibat dalam aksi peretasan terhadap situs web milik Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun.
Saat menjalani masa tahanan yang kedua kalinya, Jadi mengaku sudah tidak lagi terlibat dalam aksi peretasan. Ia menyadari bahwa tindakan peretasan yang dilakukannya sebelumnya hanya akan membawa masalah dan tidak akan membawa manfaat bagi dirinya maupun masyarakat.
Menjadi Maskot Peretas
Meskipun kariernya sebagai peretas tidak selalu mulus, Jadi tetap menjadi tokoh yang dianggap keren di kalangan anak muda. Ia sering diundang sebagai pembicara dalam acara-acara tentang keamanan digital atau peretasan. Bahkan, ia pernah menjadi maskot peretas dalam sebuah game online yang cukup populer di Indonesia.
Namun, di balik popularitasnya sebagai maskot peretas, Jadi tetap merasakan banyak tekanan dan cemoohan dari masyarakat. Banyak orang yang masih menganggapnya sebagai penjahat karena aksinya yang merusak. Namun, Jadi tetap berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dan membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kesimpulan
Jadi adalah salah satu peretas yang cukup terkenal di Indonesia. Namun, di balik kesuksesannya sebagai peretas, ternyata ada fakta kelam yang mewarnai perjalanan hidup Jadi. Ia tumbuh dewasa dengan penuh keterbatasan dan harus berjuang keras untuk dapat makan dan bersekolah. Setelah keluar dari penjara, Jadi harus memulai hidup dari nol dan menghadapi stigma sebagai mantan narapidana.
Namun, Jadi tetap tidak menyerah. Ia membuka usaha kecil-kecilan dan juga menjadi konsultan keamanan digital. Meskipun terlibat dalam aksi peretasan, Jadi menyadari bahwa tindakan tersebut tidaklah benar dan hanya akan membawa masalah. Ia berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dan membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat.